Fenomena Baru, Pengangguran Sewa ‘Kantor’ buat Pura-pura Kerja

Fenomena Baru, Pengangguran Sewa 'Kantor' buat Pura-pura Kerja

Jakarta –

Meningkatnya jumlah pengangguran di China menimbulkan fenomena baru, yakni usaha sewa ‘kantor’ untuk mereka yang ingin pura-pura kerja. Layanan ini bertujuan untuk membantu para pengangguran menyembunyikan fakta mereka sudah punya pekerjaan dari keluarga.

Melansir SCMP, Jumat (17/1/2025), pada Juni 2023 tingkat pengangguran kaum muda di China mencapai rekor tertinggi sebesar 21,3% untuk kelompok usia 16-24 tahun. Imbas temuan ini, otoritas terkait sempat menangguhkan publikasi data tersebut selama beberapa bulan.

Pemerintah kemudian mengubah metode perhitungan data pengangguran muda ini dengan mengecualikan siswa, berharap jumlah pengangguran yang tercatat mengalami penurunan. Berkat itu per November 2024 lalu, jumlah pengangguran di kalangan muda China turun jadi 16,1%, menandai penurunan bulanan ketiga berturut-turut.

Namun penurunan angka ini tidak serta merta menunjukkan perbaikan kondisi pengangguran di Negeri Tirai Bambu itu. Sebab data ini hanya mengecualikan para siswa yang masih belajar yang artinya masih banyak kaum muda di China yang tidak memiliki pekerjaan, baik karena terkena PHK massal atau memang belum diterima kerja sama sekali.

Akibatnya, banyak kaum muda di China memilih pura-pura kerja demi menyembunyikan rasa malu karena menganggur tersebut dari orang-orang terdekat. Mereka pura-pura kerja dengan berangkat pagi hari, dan pulang sore atau malam hari layaknya karyawan kantoran.

Hal ini seperti yang dilakukan Jiawei, mantan karyawan e-commerce dari Hangzhou. Setelah perusahaannya bangkrut, ia menghabiskan hari-harinya di kedai kopi untuk melamar pekerjaan dan mengirim resume. “Pengangguran memang membuat stres, tetapi saya tidak ingin menularkan hal negatif itu kepada keluarga saya,” katanya dalam sebuah wawancara.

Jiawei meninggalkan kedai kopi ketika sepulang kerja seperti biasanya, terkadang keluar larut malam untuk meniru kerja lembur.

Chen, mantan pekerja semikonduktor berusia 29 tahun dari Provinsi Hubei juga melakukan hal serupa. Setelah kena PHK sekitar 2024 lalu, ia memilih untuk tidak memberitahu pacarnya.

Dengan dua bulan uang pesangon yang diterimanya, Chen menghabiskan hari-harinya di perpustakaan untuk mempersiapkan diri menghadapi ujian pegawai negeri provinsi.

“Masyarakat memberi banyak tekanan pada orang untuk berhasil, dan orang dewasa muda terkadang menetapkan ekspektasi pekerjaan mereka terlalu tinggi. Kejutan tiba-tiba karena kehilangan pekerjaan dapat menyebabkan depresi,” kata seorang profesor pekerjaan sosial di Universitas Sains dan Teknologi Wuhan, Zhang Yong.

Untuk mengakomodir hal inilah kemudian muncul banyak layanan ‘pura-pura bekerja’ yang mencakup ruang kantor dan makan siang seharga 30 yuan atau Rp 66.990 (kurs Rp 2.233/yuan) per hari.

“Dengan 29,9 yuan per hari, Anda dapat ‘bekerja’ di sini dari pukul 10 pagi hingga 5 sore, termasuk makan siang,” tulis salah satu penyedia layanan di media sosial.

Pengguna internet anonim lainnya mempromosikan layanan serupa, mengenakan biaya 50 yuan atau Rp 111.650 bagi mereka yang ingin berpose sebagai ‘bos’, duduk di kursi kulit dan mengambil foto untuk meyakinkan keluarga mereka.

“Banyak perusahaan besar yang memberhentikan pekerja. Saya punya kantor kosong dan berpikir ini bisa memberi para pengangguran tempat untuk tinggal dan bersosialisasi,” tulis netizen tersebut.

detik.com

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *