Dibayar Rp365 Juta buat Pindah ke Negara Paling Aman dan Bahagia, Mau?

Dibayar Rp365 Juta buat Pindah ke Negara Paling Aman dan Bahagia, Mau?

Jakarta, CNN Indonesia —

Pernahkah kamu membayangkan untuk memulai hidup baru dengan pindah ke negara lain? Mungkin sebagian orang juga menginginkan hal yang sama, tetapi tentu untuk mengurus perpindahannya tak mudah.

Selain itu, biaya yang harus dikeluarkan untuk pindah dan hidup di negara lain juga tak sedikit. Namun, jika ada negara yang menawarkan bantuan biaya untuk pindah, apakah kamu akan bersedia untuk melakukannya?

Nyatanya, ada negara-negara di luar sana yang benar-benar akan memberi kamu kesempatan untuk memulai hidup baru di negara mereka. Salah satu negara yang menawarkan keuntungan itu ialah Swiss, yang sering disebut sebagai salah satu negara teraman dan paling bahagia di dunia.

Pemerintah Swiss menawarkan bayaran sebesar 18 ribu pound atau senilai Rp365 juta untuk orang dewasa muda di bawah usia 45 tahun, ditambah 9 ribu pound (Rp182 juta) per anak untuk menetap di desa pegunungan Albinen yang indah di Swiss.

Namun, ada beberapa syarat yang ditetapkan. kamu harus membeli rumah senilai lebih dari 180 ribu pound (Rp 3 miliar) dan berkomitmen untuk tinggal di sana setidaknya selama 10 tahun, dan yang terpenting adalah menjadi warga negara Swiss.

cnnindonesia.com

Gamer Wajib Siaga! 7 Game yang Siap Menghancurkan Jam Tidurmu di 2025

#AmdarGanteng

Gamer Wajib Siaga! 7 Game yang Siap Menghancurkan Jam Tidurmu di 2025
emoticon-terimakasihemoticon-terimakasih emoticon-terimakasih
Halo agan dan sista,
Udah tahun 2025, dan seperti biasa, kita bakal dimanjakan sama deretan game baru yang dijamin bikin hype naik level. Beberapa media luar, termasuk TopGear dari BBC, udah ngeluarin list game paling dinanti tahun ini. Dan pastinya, kita nggak mau ketinggalan buat bahas, dong!

Daripada lama-lama, yuk langsung aja kita bahas 7 game yang wajib banget lo tunggu di tahun 2025. Check it out, Gan!

1. Assetto Corsa Evo

Quote:

2. Kingdom Come: Deliverance II

Quote:

3. DOOM: The Dark Ages

Quote:

4. Project Motor Racing (PMR)

Quote:

5. Fable

Quote:

6. Rennsport

Quote:

7. Grand Theft Auto VI

Quote:
Gamer Wajib Siaga! 7 Game yang Siap Menghancurkan Jam Tidurmu di 2025
Itu dia 7 game paling dinanti di tahun 2025. Gimana, udah siap upgrade PC atau konsol lo buat nyicipin semua ini? Kalau ada game lain yang menurut lo juga worth it buat ditunggu, share di kolom komentar ya, GanSis.
Thanks and see you next thread GanSist.

Kebakaran Besar Di LA Amerika Serikat

Kebakaran hutan di Los Angeles dimulai Selasa, 7 Januari 2025

Kejadian ini diperkirakan berlangsung pada hari Selasa, 7 Januari 2025, dan meluas hingga malam hari berdasarkan laporan terkait kondisi angin puncak yang terjadi antara pukul 10 malam hingga 5 pagi keesokan harinya.

Dampak Evakuasi:
Sekitar 30.000 warga Los Angeles, Amerika Serikat, terpaksa dievakuasi akibat kebakaran hutan di kawasan Pacific Palisades.
Kebakaran ini melalap ribuan hektar lahan serta ratusan rumah warga pada 7 Januari 2025.

Wilayah yang Terkena Dampak:
Pacific Palisades, yang dikenal sebagai tempat tinggal selebriti, mengalami kerusakan parah.
Kebakaran meluas ke Altadena, berjarak 25 mil dari Pacific Palisades.

Cuaca dan Peringatan:
Pihak berwenang sebelumnya telah memperingatkan potensi kebakaran akibat angin kencang dan cuaca kering berkepanjangan.
Badan Cuaca Nasional mengeluarkan peringatan darurat terkait risiko kebakaran ekstrem di Los Angeles.

Kebakaran Besar Di LA Amerika Serikat

sumber gambar CNN
Klik disini

Faktor Penyebab
Kondisi Kering dan Berangin:
Rendahnya kelembaban dan cuaca kering menciptakan kondisi ideal bagi kebakaran hutan.
Wilayah tersebut diterjang angin Santa Ana, yang disebut sebagai angin terkuat dalam lebih dari satu dekade di California.

Kejadian Cuaca Sebelumnya:
Kebakaran terjadi setelah wilayah tersebut diterpa angin kencang, memperburuk situasi.

Pernyataan Penting
Gubernur Gavin Newsom:
Menyoroti tingkat keparahan kebakaran dan risiko yang masih berlangsung, dengan puncak angin diperkirakan terjadi pada malam hari.

Laporan Kepala Pemadam Kebakaran:
Lebih dari 30.000 orang telah dievakuasi.
Lebih dari 13.000 bangunan dalam ancaman kebakaran.

Penilaian Kerugian:
Otoritas setempat belum memberikan estimasi pasti tentang kerugian yang ditimbulkan oleh bencana ini.

Kebakaran Besar Di LA Amerika Serikat

Daerah Terparah:
Santa Monica dan Malibu, dengan harga rata-rata rumah melebihi Rp31 miliar, mengalami kerusakan besar.
Los Angeles County, yang memiliki nilai properti lebih dari Rp32.404 triliun, menjadi salah satu wilayah terdampak.

Bangunan Selebriti:
Rumah selebriti seperti Billy Crystal, Mandy Moore, dan Paris Hilton ikut hancur.
Termasuk selebriti Indonesia yang tinggal disana seperti,

Sarah Azhari: Aktris Indonesia yang tinggal di Los Angeles melaporkan bahwa rumahnya berjarak sekitar 8 km dari lokasi kebakaran. Saat ini, ia dan keluarganya aman namun tetap waspada.

Stephanie Poetri: Putri Titi DJ yang berada di Los Angeles juga dilaporkan dalam kondisi aman dari kebakaran hutan yang melanda wilayah tersebut.

Nikita Willy: mengaku kondisi keluarganya aman dari kebakaran besar melanda wilayah Los Angeles, California, Amerika Serikat sejak Selasa (7/1/2025).  
Untuk saat ini Nikita Willy dan keluarganya masih berada di California, Amerika Serikat usai melahirkan buah hati keduanya. 

Bencana dalam Sejarah AS
Perbandingan dengan Badai Katrina:
Jika kerugian mencapai estimasi tertinggi, kebakaran ini akan menjadi salah satu bencana termahal di AS, meskipun belum melampaui kerugian badai Katrina (Rp3.241 triliun).

Asuransi dan Kerugian:
Kerugian yang diasuransikan mencapai lebih dari 20 miliar dolar AS(Rp324 triliun).
Total kerugian ekonomi diperkirakan sekitar 50 miliar dolar AS (Rp810 triliun).

Kebakaran Besar Di LA Amerika Serikat
sumber gambar CNN

klik disini

Kondisi Terkini
Evakuasi dan Korban:
Hingga Kamis, 180.000 orang telah diperintahkan mengungsi.
Lima orang dilaporkan meninggal dunia.

Proyeksi Kerugian:
Mengingat kebakaran masih berlangsung, kerugian diperkirakan terus meningkat.

sumber berita KOMPAS
TribunTribunnews

AS & Arab capai sejumlah kemajuan, tapi belum mencapai kesepakatan

Presiden AS Joe Biden pada hari Kamis mengatakan bahwa kemajuan nyata sedang dibuat menuju kesepakatan Gaza saat para negosiator mencoba mencapai kesepakatan gencatan senjata antara Israel dan Hamas.

Biden mengatakan bahwa dia sebelumnya telah berbicara dengan presiden baru Lebanon, Joseph Aoun, dan menambahkan: “Dia orang yang hebat…Mereka juga bekerja sangat keras.”

“Saya masih berharap kita bisa melakukan pertukaran tahanan. Hamas adalah pihak yang menghalangi pertukaran itu sekarang, tetapi saya rasa kita bisa melakukannya, kita perlu melakukannya,” katanya.

Israel menahan lebih dari 10.300 tahanan Palestina, sementara Hamas dikatakan menahan sekitar 100 tawanan Israel di Gaza. Kelompok Palestina itu juga mengatakan bahwa puluhan tawanan tewas dalam serangan udara Israel yang membabi buta.

Tentara Israel terus melancarkan perang genosida di Gaza yang telah menewaskan hampir 46.000 orang, sebagian besar wanita dan anak-anak, sejak serangan lintas perbatasan oleh Hamas pada 7 Oktober 2023, meskipun ada resolusi Dewan Keamanan PBB yang menyerukan gencatan senjata segera.

Pejabat yang terlibat dalam perundingan gencatan senjata Gaza yang sedang berlangsung antara Hamas dan Israel membicarakan prospek kesepakatan pada hari Jumat saat upaya untuk menengahi berakhirnya perang semakin intensif menjelang pelantikan Presiden terpilih Donald Trump akhir bulan ini.

Pejabat di pemerintahan baru telah memperjelas bahwa mereka ingin kesepakatan dicapai sebelum Trump menjabat pada tanggal 20 Januari.

Qatar, Mesir dan AS telah berupaya merundingkan diakhirinya perang selama berbulan-bulan, tetapi putaran perundingan berikutnya di ibu kota Qatar telah gagal, dengan Hamas dan Israel saling menyalahkan karena menghalangi tercapainya kesepakatan.

NewArab
Aa
JerusalemPost

Karma James Woods

Karma James Woods

LOS ANGELES – Aktor Hollywood James Woods menangis setelah rumahnya ludes akibat kebakaran dahsyat di Los Angeles, Amerika Serikat (AS).

Tangisan Woods justru dicibir karena dia sebelumnya mendukung Israel menghancurkan Jalur Gaza, Palestina. Suara-suara pro-Palestina di media sosial beranggapan aktor Hollywood itu telah menuai karmanya.

Mereka lantas mendesak Woods untuk mempertimbangkan kembali dukungannya terhadap Israel dalam perang brutalnya di Gaza.

Woods, yang sebelumnya mendukung Israel dengan menggunakan tanda pagar (#) “Bunuh mereka semua” dalam unggahan di media sosial, menangis tersedu-sedu selama wawancara CNN, meratapi kehancuran rumahnya.

“Suatu hari Anda berada di kolam renang, dan hari berikutnya hilang,” katanya sambil menangis.

Penyair Palestina terkemuka Mosab Abu Toha melalui media sosial mencibir Woods, dengan mengatakan: “Beraninya Anda tampil mengudara dan menangis?!”.

Penyair pemenang penghargaan bergengsi itu menyapa Woods dalam sebuah surat terbuka yang diunggah di X.

“Ketika rumah kami dibom pada 28 Oktober 2023, saya tidak punya rumah atau tempat yang aman untuk dituju. Saya tidak dapat kembali ke reruntuhan rumah saya karena kota saya diduduki,” katanya.

“Seorang teman saya yang membantu mengumpulkan buku-buku yang dapat kami temukan terbunuh pada Januari 2024.

Namanya Ma’rouf Al-Ashqar. Dia memiliki suara yang merdu dan merupakan pembaca setia sastra Rusia, khususnya Dostoevsky. Apakah ini mengganggu Anda?” lanjut dia

“Rumah bibi saya dibom pada Oktober 2024. Putrinya terbunuh bersama 15 orang lainnya, banyak yang masih tertimbun reruntuhan hingga sekarang. Apakah ini berarti apa pun bagi Anda?” sambung dia, yang dilansir New Arab, Jumat (10/1/2025).

Abu Toha, penduduk asli Gaza, telah menjadi suara terkemuka yang menceritakan pengalaman warga Palestina yang mencoba bertahan hidup dari serangan genosida Israel selama 15 bulan terakhir.

Sejak dimulainya perang, James Wood, sang aktor sayap kanan, telah berulang kali memuji serangan brutal Israel yang telah menewaskan lebih dari 46.000 warga Palestina selama 15 bulan terakhir dan menghancurkan sebagian besar wilayah tersebut menjadi puing-puing

“Bom orang-orang biadab yang melakukan ini kembali ke Zaman Batu. Tidak ada area abu-abu. Bunuh mereka semua,” tulisnya dalam sebuah posting X pada Oktober 2023.

Dalam sebuah posting sebulan kemudian, Woods menuntut “tidak ada gencatan senjata, tidak ada kompromi, tidak ada pengampunan. #KillThemAll”.

Sementara itu, pengguna media sosial lainnya menyoroti ironi Woods— seorang skeptis perubahan iklim—yang kehilangan rumahnya karena cuaca ekstrem.

sindonews.com

Tanam Pohon Selama 46 Tahun, 30jt HA, 3.050KM, China sukses Bangun Great Green Wall

Tanam Pohon Selama 46 Tahun, China Sulap Gurun Kering & Panas Jadi Hutan
Fahri Zulfikar – detikEdu
Jumat, 06 Des 2024 10:00 WIB

Tanam Pohon Selama 46 Tahun, 30jt HA, 3.050KM, China sukses Bangun Great Green Wall

Jakarta –

China memiliki gurun Taklamakan yang termasuk salah satu gurun terbesar di dunia. Selama puluhan tahun, gurun yang kering dan hangat ini dijadikan proyek “Tembok Hijau Raksasa” atau Great Green Wall. Apa itu?

Jika biasanya gurun dibiarkan karena suhu ekstremnya tidak mendukung ekosistem, maka China membuat terobosan dengan mencoba menanaminya dengan berbagai tanaman. Penanaman di gurun Taklamakan ini kemudian dikenal dengan Great Green Wall.

Alasan proyek penghijauan ini dilakukan karena letak dan sifat gurun Taklamakan. Gurun ini merupakan yang terbesar di China dan memiliki sifat pergeseran pasir yang terbesar di dunia.

Pergeseran pasir ini, jika tidak dicegah, maka badainya bisa merusak infrastruktur lokal di wilayah yang dekat dengan Taklamakan, bahkan bisa mencapai Beijing. Padahal gurun ini terletak di wilayah barat laut Xinjiang.
Proyek yang Dimulai Sejak 1978

Melansir Times of India, proyek “Tembok Hijau Besar” ini diluncurkan pada 1978. Proyek ini memiliki tujuan awal untuk mencegah dampak yang diakibatkan oleh iklim gurun yang ekstrem dengan menanam pohon.

Selama bertahun-tahun, lebih dari 30 juta hektar pohon berhasil ditanam dan mengubah gurun yang semula kering dan penuh pasir, menjadi hijau. Proyek ini telah melibatkan eksperimen selama puluhan tahun dengan berbagai spesies pohon dan tanaman untuk menentukan mana yang paling kuat.

Menurut laporan terbaru, kini “jalur hijau” yang telah dibuat selama 46 tahun di Taklamakan, telah membentang sepanjang 3.050 km dengan tanaman terakhir yang ditanam ada di wilayah Yutian, di tepi selatan gurun.

Menariknya, pemerintah China tak hanya mencegah dampak pasir dengan pohon, melainkan juga dengan teknologi pemblokiran pasir berbasis tenaga surya, sebagaimana dikutip dari South China Morning Post, Kamis (5/12/2024).

Meski begitu, pencapaian penghijauan ini belum berakhir. Pemerintah China berencana memulihkan hutan poplar di tepi utara gurun dengan menyalurkan air banjir.

Mereka juga berupaya membangun jaringan hutan baru untuk melindungi lahan pertanian dan kebun buah-buahan di tepi barat gurun tersebut.

Seorang pekerja mengangkat pohon dari tanah di kawasan hutan komersial milik Toudunying.Seorang pekerja mengangkat pohon dari tanah di kawasan hutan komersial milik Toudunying. Foto: Reuters
China Masih Akan Terus Menanam Pohon

Nyatanya, penanaman pohon akan terus dilakukan China karena dampak dari gurun masih menjadi masalah yang menakutkan. Berdasarkan data, 26,8 persen dari total lahan di negara ini masih diklasifikasikan sebagai lahan kosong.

Angka ini menjadi pengingat bahwa masih banyak pekerjaan yang tersisa bagi China.

“Tiongkok akan terus menanam tanaman dan pepohonan di sepanjang tepi Sungai Taklamakan untuk memastikan ‘penggurunan’ tetap terkendali,” kata Zhu Lidong, seorang pejabat kehutanan Xinjiang, yang dikutip dari Reuters, Kamis (5/12/2024).

(faz/pal)
https://www.detik.com/edu/detikpedia…tm_content=edu

di mana ada kemauan dan kerja keras, di sana pasti ada jalanemoticon-thumbsup

Sejak Lahir 23 Tahun Lalu, Heli India, Dhruv Sudah Jatuh 23 Kali, 17 Korban Jiwa

Explainer: In 23 years since induction, Dhruv fleet suffers 23 crashes, several groundings

Sejak Lahir 23 Tahun Lalu, Heli India, Dhruv Sudah Jatuh 23 Kali, 17 Korban Jiwa
Sejak Lahir 23 Tahun Lalu, Heli India, Dhruv Sudah Jatuh 23 Kali, 17 Korban Jiwa
Indian Coast Guard helicopter crashes at Porbandar in Gujarat, killing 3 personnel, including 2 pilots onboard on January 5

article_Author
Vijay Mohan

Tribune News Service
Chandigarh, Updated At : 07:40 PM Jan 07, 2025 IST

Rescue work underway after a helicopter of the Indian Coast Guard (ICG) crashed during landing at Porbandar airport in Gujarat on Sunday. Three crew members were killed in the incident, according to police. PTI Photo
Advertisement

January 2025 marks 23 years of operations by the indigenous Dhruv advance light helicopter and it was this month that this fleet suffered its 23rd major accident when a helicopter belonging to the Indian Coast Guard crashed at Porbandar in Gujarat, killing three personnel, including the two pilots onboard on January 5.

According to available data, 17 pilots, besides several passengers, have lost their lives in these accidents over the years that took place during operational missions, training sorties, test flights and search and rescue missions.

Designed and developed by public sector giant Hindustan Aeronautics Limited (HAL), over 410 Dhruv aircraft have been manufactured, different variants of which are in service with the Indian Army, Indian Navy, Indian Air Force, Indian Coast Guard and the Air Wing of the Border Security Force.

In addition, several civilian establishments, including a few state governments, public sector helicopter service provider Pawan Hans, Oil and Natural Gas Commission, Geological Survey of India also operate the Dhruv’s civilian version. Military and civilian versions of the helicopter have also been exported to Israel, Nepal, Turkey, Maldives, Mauritius, Peru and Ecuador.

HAL had started work on the Dhruv utility helicopter in 1984 and the helicopter first flew in 1992. After prolonged delays because of various factors such as non-availability of critical technology and components due to geopolitical developments, several changes in design and specifications, and budgetary constraints, it was inducted into service in January 2002.

A twin engine helicopter weighing about five tonnes with the capacity to carry two pilots or up to 14 passengers, or 1,500 kg load, Dhruv has a top speed of 290 kmph and a range of 630 km. It managed to reach an altitude of 27,500 feet in 2007 while flying in the Siachen sector. The Dhruv also makes up the Sarang, the IAF’s five-helicopter aerobatic display team that performs at home and abroad.

A weaponised variant of the helicopter, called Rudra, entered service in 2012. Though similar in shape, size and appearance to the Dhruv, Rudra is armed with an under-nose machinegun and a mix of externally mounted rockets and short-range anti-tank and anti-aircraft missiles along with a suite of sensors and target acquisition system.

It was in November 2005 that the first accident involving a Dhruv occurred. The helicopter belonging to HAL was flying from Bangalore to Ranchi when it crash-landed in a field near Karimnagar in Andhra Pradesh. There were no fatalities though.

However, the next accident in February 2007 was fatal, with a Wing Commander and a Squadron Leader from an operational unit losing their lives while flying with the Sarang Display Team at Yelahanka.

In October 2019, the then General Officer Commanding-in-Chief, Northern Command, Lt Gen Ranbir Singh, along with seven others had a narrow escape when the Dhruv in which they were flying was written off following a forced landing near Poonch.

The crash of a helicopter into the reservoir of the Thein Dam that lies on the Ravi River near Kathua in August 2021 attracted considerable attention. Both the pilots, a Lieutenant Colonel and a Captain from the Army Aviation Corps perished, with the body of the senior officer being recovered from the waters after 12 days and that of the junior being found after 76 days.

Last year was the worst year for the Dhruv fleet with three helicopters being lost. In March 2023, a Naval helicopter was ditched at sea, while another belonging to the Coast Guard crashed soon after take-off due to a technical failure.

In May, a helicopter from the Army Aviation crash landed in the Kishtewar region of Kashmir, killing a technician and injuring two pilots. Following this, the Dhruv fleet was grounded for extensive checks.

The Dhruv fleet has been grounded on more than one occasions and have had their share of technical glitches. The first grounding was in 2005, following a crash landing that was reportedly caused by excessive vibration of the tail rotor. HAL undertook a redesign of the rotor which incorporated new materials and production methodology.

In 2010, it emerged that Dhruv’s Integrated Dynamic System, which combines several key rotor control functions into a single module carrying the engine’s power to the rotors, was suffering from excessive wear and tear, leading to reduced cruise speed and lowering high-altitude performance. This problem was sorted out in collaboration with Italy with changes in design and manufacturing process.

Following inputs from the Army about lower power output of its engines, which impacted flying in high altitude areas, HAL began replacing the earlier TM-333 with the more powerful Shakti engine. All later variants are powered by the Shakti.

In March 2011, the Directorate General of Civil Aviation had advised all civilian Dhruv operators to temporarily ground their aircraft due to cracks potentially forming in the helicopter’s tail, and recommended reinforcing the affected areas.

Following the accidents in 2023, a committee was set up by the Bengaluru-based Centre for Military Airworthiness and Certification that functions under the Defence Research and Development Organisation, that included representatives from HAL, National Aerospace Laboratory and the Aeronautical Development Agency to identify issues plaguing the fleet.

Among other issues, it was found that the booster control rods that help regulate power to the engines, thereby affecting motion and speed, were defective and prone to failure. In 2024, HAL started replacing these components in all Dhruv helicopters.

HAL’s order books continue to fill up with the armed forces as well as other agencies planning to procure more Dhruv helicopters. In March 2024, the Ministry of Defence signed a Rs 8073 crore contract with HAL for procurement of 34 Mark-III variants. More orders are expected in the near future.

https://www.tribuneindia.com/news/in…al-groundings/

eh buset, tiap tahun jatuhemoticon-Hammer2