
perubahan iklim tak melulu soal risiko negatif. Rupanya, kondisi ini juga menyimpan peluang keuntungan atau cuan bagi perusahaan seperti PLN.
“Apa yang terjadi sama PLN pada saat yang bersamaan, perubahan iklim itu menjadi cuan buat PLN,” ujar Kepala Pusat Kajian ESG EIRC-PPA FEB UI, Elvia R Shauki dalam webinar yang digelar Social Investment Indonesia, Jumat (7/3/2025).
PLN menerbitkan sertifikasi energi terbarukan, sertifikasi untuk zero emissions dan lain sebagainya.
Dalam kesempatan itu, Elvia menyoroti pentingnya perusahaan untuk tidak hanya fokus pada risiko. Tetapi juga mengomunikasikan peluang yang muncul dari perubahan iklim kepada para investor.
Penghematan biaya, misalnya, dengan melakukan efisiensi di berbagai bidang hingga menggunakan energi baru terbarukan (EBT).
“Itu kan pasti ada penghematan-penghematan dan juga ada penghematan dana utamanya. Itu akan menambah revenue,” papar Elvia.
Dia menjelaskan bahwa saat ini perusahaan perlu mengungkapkan informasi terkait perubahan iklim dengan merujuk pada Standar Pelaporan Keuangan Internasional (International Financial Reporting Standards/IFRS).
Pengusaha dapat memasukkan analisis skenario yang menunjukkan bagaimana mereka akan bertahan menghadapi dampak perubahan iklim, seperti peningkatan suhu atau bencana alam pada pelaporan IFRS S2.
Elvia menerangkan, selain data kuantitatif, pengungkapan data kualitatif penting guna memberikan gambaran kepada investor mengenai ketahanan perusahaan terhadap perubahan iklim.
“Ini yang menjadi area yang akan dianalisa oleh investor. Bagaimana ketahanan kita atas perubahan iklim yang terjadi lewat quantitative information atau qualitative information,” jelas Elvia.
Perusahaan juga perlu melaporkan dua jenis risiko utama dalam laporan keberlanjutan yakni risiko fisik atau physical risk dan risiko transisi atau transition risk.
Risiko fisik dapat berupa bencana alam atau risiko kronis, yang disebabkan perubahan pola iklim jangka panjang.
Sementara, risiko transisi terjadi ketika perusahaan menghadapi tekanan dari investor untuk beralih ke praktik yang lebih ramah lingkungan. Meskipun, aset mereka tidak terpengaruh langsung oleh perubahan iklim.
Penyusunan Laporan ESG
Adapun laporan IFRS 2 mencakup elemen governance, strategy, risk management, metrics dan target.
“Governance mengenai penata kelolaan daripada climate related aspects. Risk management, bagaimana kita memitigasi risikonya, kemudian mengukurnya, dan menentukan target-targetnya ke depannya,” ujar Elvia.
“Nah, ini konklusi secara keseluruhan. Membedakan ini dengan yang namanya CSR,” imbuh dia.
No responses yet